Sabtu, April 17, 2010

Menegpora: Dualisme Pembinaan Atlet JanganlahTerulang

Posted on 14.15 by Tribun Online


oleh Prima Sp Vardhana
DUALISME pembinaan olahraga di Indonesia yang terjadi dalam persaipan tampil dalam SEA Games XXV/ 2009 di era Adhyaksa Daut menjabat Menteri Negara Pemuda dan Olah Raga (Menegpora), diharapkan Menegpora Andi Alifian Mallarangeng tidak teruang lagi di masa datang. Sebab dualisme pembinaan justru menjadi bumerang dalam merenda prestasi. Dana pembinaan membengkak, sementara atlet dan pelatih saling cemburu yang membuat konsentrasi latihan dan merebut prestasi menjadi teruganggu.

Demikian sambutan yang disampaikan politikus Partai Demokrat itu saat membuka seminar sehari bertemakan ” Mengupas Pembinaan Kepemimpinan dan Regulasi Olahraga Jatim” yang digelar Kelompok Kerja Wartawan Olahraga SIWO PWI Jatim di Hotel Simpang Surabaya, Sabtu (17/4) pagi.

Dualisme pembinaan olah raga yang pernah terjadi di Indonesia, menurut Andy, adalah Program Atlet Andalan (PAL) yang ditangani Kementerian Negara Pemuda. Pembinaan lainnya program Pelatnas yang menjadi tanggung jawab Komite Nasional Olah Raga Indonesia (KONI). Dampak dualisme itu salah satu program pembinaan harus menjadi penderita, sementara program satunya lancar melaksanakan program pembinaan atletnya. Ini terjadi lantaran dana APBN yang seharusnya dialokasikan untuk olahraga nasional dibagi tidak merata, antara satu dan lainnya.

”Belajar dari kesalahan tersebut, saya tegaskan sejak saat ini pembinaan olahraga di Indonesia hanya menjadi tanggun jawab KONI. Sedangkan Kementerian Negara Pemuda dan Olah Raga bertindak sebagai pengawas dan pengarah kalau ada kesalahan dalam pengalokasihan dana APBN,” ujarnya yang disambut tepuk tangan peserta seminar yang terdiri atas pengurus KONIDA (KONI Daerah) Pengurus Provinsi Cabor (Cabang Olahraga).

Program kedepannya dalam jangka panjang, dikatakan, pembinaan olahraga nasional harus fokus pada perjuangan menjadi juara umum SEA Games XXVI/2011 yang diselenggarakan di Indonesia. Sebab untuk menjadi juara umum, Kontingen Merah Putih harus mampu mendulang sekitar 120 keping emas. Jumlah itu merupakan perjuangan berat, karena dalam SA Games Laos 2009 kontingen Indonesia hanya mampu membawa pulang 40 keping emas.

Demi perjuangan merebut mahkota juara umum SEA Games 2011 nanti, maka diwanti-wantinya agar semua pelaku olahraga berprestasi yang dibina PB atau pun Pengprov Cabor memfokuskan diri pada Program Indonesia Emas (Prima). Program yang dikemas dari pemikiran pengurus KONI Pusat dan PB Cabor itu, merupakan sebuah blue print sistem pembinaan olahraga nasional yang ideal untuk mengantarkan Indonesia menjadi juara umum SEA Games 2011 dan merebut 4 medali emas ASIAN Games 2010 di Guangzhou, Cina.

"Kalau ingin sukses di SEA Games dan Asian Games, pembinaan harus dilipatgandakan, bahkan harus tiga kali lipat dibandingkan sebelumnya, Kalau tekad ini tidak menjadi motivasi, saya yakin prestasi Indonesia tak akan mampu bersaing dengan negara-negara di Asia Tenggara, apalagi Asia," katanya dengan nada tinggi.

Dalam Prima itu, ditegaskan kandidat terkuat Ketua Umum DPP Partai Demokrat ini, fungsi KONI sebagai pelaksana sebagaimana AD/ART KONI. Sedangkan Kementerian Negara Pemuda dan Olah Raga selaku pengarah. Dengan pembagian tugas dan tanggung jawab yang tegas ini maka koordinasi kedua lembaga dalam membina atlet kian fokus. (vd)

Surabaya, TRIBUN Dualisme pembinaan olahraga di Indonesia yang terjadi dalam persaipan tampil dalam SEA Games XXV/ 2009 di era Adhyaksa Daut menjabat Menteri Negara Pemuda dan Olah Raga (Menegpora), diharapkan Menegpora Andi Alifian Mallarangeng tidak teruang lagi di masa datang. Sebab dualisme pembinaan justru menjadi bumerang dalam merenda prestasi. Dana pembinaan membengkak, sementara atlet dan pelatih saling cemburu yang membuat konsentrasi latihan dan merebut prestasi menjadi teruganggu.

Demikian sambutan yang disampaikan politikus Partai Demokrat itu saat membuka seminar sehari bertemakan ” Mengupas Pembinaan Kepemimpinan dan Regulasi Olahraga Jatim” yang digelar Kelompok Kerja Wartawan Olahraga SIWO PWI Jatim di Hotel Simpang Surabaya, Sabtu (17/4) pagi.

Dualisme pembinaan olah raga yang pernah terjadi di Indonesia, menurut Andy, adalah Program Atlet Andalan (PAL) yang ditangani Kementerian Negara Pemuda. Pembinaan lainnya program Pelatnas yang menjadi tanggung jawab Komite Nasional Olah Raga Indonesia (KONI). Dampak dualisme itu salah satu program pembinaan harus menjadi penderita, sementara program satunya lancar melaksanakan program pembinaan atletnya. Ini terjadi lantaran dana APBN yang seharusnya dialokasikan untuk olahraga nasional dibagi tidak merata, antara satu dan lainnya.

”Belajar dari kesalahan tersebut, saya tegaskan sejak saat ini pembinaan olahraga di Indonesia hanya menjadi tanggun jawab KONI. Sedangkan Kementerian Negara Pemuda dan Olah Raga bertindak sebagai pengawas dan pengarah kalau ada kesalahan dalam pengalokasihan dana APBN,” ujarnya yang disambut tepuk tangan peserta seminar yang terdiri atas pengurus KONIDA (KONI Daerah) Pengurus Provinsi Cabor (Cabang Olahraga).

Program kedepannya dalam jangka panjang, dikatakan, pembinaan olahraga nasional harus fokus pada perjuangan menjadi juara umum SEA Games XXVI/2011 yang diselenggarakan di Indonesia. Sebab untuk menjadi juara umum, Kontingen Merah Putih harus mampu mendulang sekitar 120 keping emas. Jumlah itu merupakan perjuangan berat, karena dalam SA Games Laos 2009 kontingen Indonesia hanya mampu membawa pulang 40 keping emas.

Demi perjuangan merebut mahkota juara umum SEA Games 2011 nanti, maka diwanti-wantinya agar semua pelaku olahraga berprestasi yang dibina PB atau pun Pengprov Cabor memfokuskan diri pada Program Indonesia Emas (Prima). Program yang dikemas dari pemikiran pengurus KONI Pusat dan PB Cabor itu, merupakan sebuah blue print sistem pembinaan olahraga nasional yang ideal untuk mengantarkan Indonesia menjadi juara umum SEA Games 2011 dan merebut 4 medali emas ASIAN Games 2010 di Guangzhou, Cina.

"Kalau ingin sukses di SEA Games dan Asian Games, pembinaan harus dilipatgandakan, bahkan harus tiga kali lipat dibandingkan sebelumnya, Kalau tekad ini tidak menjadi motivasi, saya yakin prestasi Indonesia tak akan mampu bersaing dengan negara-negara di Asia Tenggara, apalagi Asia," katanya dengan nada tinggi.

Dalam Prima itu, ditegaskan kandidat terkuat Ketua Umum DPP Partai Demokrat ini, fungsi KONI sebagai pelaksana sebagaimana AD/ART KONI. Sedangkan Kementerian Negara Pemuda dan Olah Raga selaku pengarah. Dengan pembagian tugas dan tanggung jawab yang tegas ini maka koordinasi kedua lembaga dalam membina atlet kian fokus. (vd)

No Response to "Menegpora: Dualisme Pembinaan Atlet JanganlahTerulang"

Leave A Reply